Berbeda dengan menulis fiksi seperti novel yang cenderung menghibur,
menulis nonfiksi seperti buku-buku “how to”, “help self’ atau buku-buku
motivasi adalah untuk mengenjurkan supaya bertindak. Kemampuan kita
untuk mempengaruhi orang lain, dan membuat mereka supaya bertindak
melakukan apa yang kita tulis berarti akan membuat kita selangkah lebih
maju atau sedikit berada di atas. Ini akan berarti tambah pengaruh,
tambah keuntungan-keuntungan dan tambah kesenangan.
Menganjurkan orang untuk bertindak adalah hal yang sangat penting
dalam hal apapun termasuk dalam bisnis. Seperti halnya para penulis,
pemasang iklan, pembicara, pegawai maupun perusahaan-perusahaan.
Demikian juga kita sebagai orang tua yang menginginkan anak-anaknya
supaya rajin belajar.
Langkah pertama kea rah sana adalah kita harus menimbulkan perhatian
atau minat. Jika kita tidak menimbulkan minat atau perhatian, maka orang
tidak akan memperhatikan apa yang Anda tulis atau katakana. Apapun
profesi kita, terutama sebagai penulis buku, minimal pemilihan judul
harus menimbulkan minat atau perhatian. Seperti yang dikatakan oleh Edy
Zaqeus bahwa judul ibarat sebuah petasan yang akan mengagetkan
orang-orang sehingga akan menimbulkan perhatian.
Langkah keduanya adalah mendapatkan kepercayaan dari orang-orang.
Bagaimana bisa membuat orang untuk bertindak, jika mereka tidak percaya
terhadap apa yang kita tulis atau kita katakan? Namun sebelumnya kita
harus yakin terhadap diri sendiri dulu. Sehingga akan membuat orang lain
percaya kepada kita. Kita harus yakin terhadap kebenaran dari apa yang
kita tulis.
Kedua langkah diatas adalah hal yang sangat penting untuk
diperhatikan, agar tujuan kita membuat orang bertindak akan terwujud.
Buku yang menarik perhatian saya adalah “Resep Cespleng Menulis Buku
Best Seller” (Gradien, 2005). Dari judulnya, buku tersebut menimbulkan
minat saya. Setelah say abaca siapa yang menulis yaitu Edy Zaqeus,
penulis buku best seller dan ternyata dari profil penulis yang ada di
buku tersebut, memang benar adanya. Hal ini yang membuat saya percaya.
Apalagi beliau editor dari sebuah situs bergengsi
–www.pembelajar.com-yang bisa saya akses. Kepercayaan saya semakin
bertambah. Sehingga selama membaca buku tersebut, saya tidak dilanda
keraguan-raguan. Ini berbeda dengan jika yang menulis adalah seorang
penulis buku yang tak satu pun bukunya best seller. Maka tentu tidak
akan menimbulkan kepercayaan pembaca. Setelah membaca buku tersebut saya
tergerak untuk bertindak, melakukan apa yang ditulis di buku tersebut.
Banyak pembaca buku itu yang melakukan hal yang sama. Ini berarti buku
tersebut telah berhasil menganjurkan para pembacanya untuk bertindak.
Tidak mudah memang menulis sesuatu yang akan membuat mereka
termotivasi, terinspirasi maupun bertindak. Kita semua tahu bahwa semua
yang terjadi di alam semesta adalah menurut hukum sebab-akibat. Maka
jika seseorang itu mau bertindak, tidak lain hanyalah diakibatkan oleh
sebab-sebab tertentu. Sebab-sebab yang menguasai kita dari waktu ke
waktu tak lain hanyalah keinginan. Adakah seseorang yang melakukan
sesuatu tanpa menginginkan terlebih dahulu? Tetapi sedikit sekali
orang-orang yang memiliki keinginan. Mereka sering kali mengubur
keinginan mereka sebelum memulainya dengan mengemukakan berbagai
alasan-alasan yang menghalanginya.
Kita tahu bukan, bahwa hal yang membuat orang-orang bertindak adalah
demi sebuah keinginan. Maka kita tentu akan memanfaatkannya. Banyak
pembicara-pembicara maupun sales-sales yang memanfaatkan ini. Mereka
mengetahui motif-motif para pendengar dan para pelanggannya. Mereka
menempatkan diri sebagai pendengar atau sebagai pelanggan-pelanggannya
dengan tidak lupa menyebut keinginan-keinginan para pendengar ataupun
para pelanggannya. Untuk itu mereka berhasil.
Kita sebagai penulis, sudah tentu harus tahu motif-motif dan
keinginan para calon pembaca kita. Apa motif terkuat yang menyebabkan
kita mau melakukan sesuatu? Uang dan kesuksesan, bukan? Ini hal yang
membuat tiap orang meloncat dari tempat tidur dan menunda untuk
mendengkur. Banyak buku-buku yang menawarkan bagaimana mendapatkan uang
dan kesuksesan bahkan kebahagiaan dengan berbagai versi. Seperti
buku-buku cara berbisnis, cara menulis, cara berpidato, cara mendapatkan
pengaruh, cara membuat personal brand, cara sukses mengejar cinta, cara
sukses merawat anak, rumah, kesehatan dan lain-lain. Yang semuanya
ditujukan untuk memenuhi motif-motif para calon pembaca.
Berbicara tentang keinginan atau motif supaya membuat orang-orang
bertindak, saya jadi teringat ketika saya masih bekerja menjadi pembantu
rumah tangga di Hong Kong. Saya yang “ngemong” anak majikan, saya harus
bisa membuat dia bertindak atau melakukan sesuatu sesuai keinginan
orang tuanya yang diperintahkan kepada saya. Tentu keinginan tersebut
adalah demi kebaikannya sendiri. Sulit memang untuk membuat anak balita
belajar membaca, menulis dan berhitung atas kemauannya sendiri, meskipun
dengan cara bermain. Karena konsentrasinya terputus-putus. Sejak usia
dini saya selalu mengajaknya berbicara “face to face”. Tidak penting
apakah ia mengerti makna kata-kata saya. Tapi yang jelas ia mengerti
jika saya memperhatikannya. Itu yang penting. Saya memanfaatkan
keinginannya untuk dijadikan ‘sebab’ melakukan sesuatu, sesuai keinginan
yang saya kehendaki. Misalnya jika ia ingin es krim atau kue, ia harus
bisa mengingat apa yang saya ajarkan. Seiring dengan usianya ia mulai
mengerti dan telah menjadi kebiasaan. Pelajaran yang saya berikan juga
mulai berkembang.
Demikian juga dengan motif keinginannya. Tidak hanya es krim, atau
kue tapi juga nonton TV, atau DVD kartun dan bermain di taman di sore
hari.Ternyata strategi ini sangat jitu. Anak akan mengerjakan
tugas-tugasnya tanpa merasa dipaksa. Tetapi merasa itu justru menjadi
kewajibannya. Karena ia pun akan mendapat hak-haknya, seperti hak
bermain, atau hak yang membuatnya senang. Tentu saja semakin bertambah
usianya, semakin banyak “alasan” atau “nego” yang menguntungkan dirinya.
Maka kita harus pandai-pandai menyiapkan alasan-alasan yang benar-benar
masuk akal. Karena kitalah yang mengontrolnya, bukan sebaliknya.
Dengan demikian, kita bisa menggerakkan orang-orang untuk bertindak
dengan memanfaatkan motif keinginannya. Keinginan lain yang tak kalah
kuat dengan uang adalah “perasaan ingin dikagumi”. Banyak orang-orang
mempelajari buku-buku, ikut workshop ataupun seminar-seminar tentang
kepribadian, leadership, cara menulis, cara berbicara dan lain-lain
supaya menimbulkan kesan yang lebih baik. Apakah itu ingin dihormati
orang lain, mendapat kepuasan batin, mendapat kekuasaan, kepemimpinan di
lingkungannya maupun di kantor dan lain-lain.
Kita semua adalah manusia yang memiliki rasa. Maka kita pun sangat
menginginkan segala sesuatu yang menyenangkan. Kita ingin punya rumah
besar dan mewah, mobil, bebergian –jika perlu ke luar negeri-,
berpakaian bagus dan bermerk dan sebagainya. Semua itu bukan karena baik
untuk kita. Tetapi karena menyenangkan dan menaikkan gengsi. Jika kita
piawai memanfaatkan motif dan keinginan ini, maka kita akan
membangkitkan alasan mereka untuk bertindak. Meskipun itu keinginan
untuk mendapat hiburan.
So, pelajari motif-motif atau keinginan dari calon pembaca kita dan
menulislah!!
* Eni Kusuma adalah mantan TKW di Hongkong, penulis buku laris “Anda
Luar Biasa!!!”, dan kini menjadi motivator. Ia dapat dihubungi di: ek_virgeus@yahoo.co.id
Sumber: www.nomor1.com