Breaking

Ciri Khas Masakan Jawa

ciri khas masakan jawa


Keanekaragaman resep masakan khas Indonesia memang mampu membuat para pecinta kuliner menitikkan air liurnya. Bagaimana tidak, jika aneka masakan tersebut memiliki citarasa yang menggugah selera, salah satunya adalah masakan jawaMasakan jawa memang memiliki kekhasan yang tidak dimiliki oleh masakan daerah manapun.

Masakan Jawa – Dominan Rasa Manis yang Unik dan Wajib Dilestarikan

Berbicara tentang kekhasan, bagi yang pernah menjajal berbagai kuliner di Indonesia, masakan jawa memiliki kekhasan dalam soal citarasa. Jika masakan padang dan masakan lombok khas dengan citarasa pedasnya, maka masakan jawa lebih dominan dengan rasa manis.

Berbicara soal citarasa, itu memang selera. Mereka yang terbiasa dengan pedas, pasti akan cukup aneh jika harus mencicipi masakan dengan citarasa yang manis seperti masakan jawa ini. Begitupun sebaliknya, pada kenyataannya, sebagian besar masyarakat Jawa memang tidak terlalu menyukai rasa pedas.

Ketidaksukaan sebagian besar masyarakat Jawa terhadap citarasa pedas bukan hanya terlihat pada masakan jawa secara keseluruhan, tapi juga dapat terlihat dari sajian makanan sehari-hari. Sambal merupakan sajian yang jarang sekali disajikan di meja makan sebagian besar masyarakat Jawa. Sekalipun ada, citarasa yang lebih dominan bukan pedas, tapi lagi-lagi manis.

Tidak ada cerita asal-usul yang pasti mengenai hal itu. Mengenai mengapa masakan jawa lebih identik dengan rasa manis. Satu hal yang pasti adalah, resep masakan jawa, begitupun dengan resep masakan sunda, padang, ataupun lainnya merupakan warisan budaya kuliner Indonesia yang harus tetap dilestarikan dan dijaga kelanggengannya.

Citarasa manis dalam masakan jawa mungkin memang tidak semua masyarakat Indonesia menyukainya. Namun, sekali lagi bahwa hal tersebut kembali pada selera. Tapi di luar konteks suka atau tidak, selera atau tidak, melestarikan masakan jawa sebagai salah satu warisan budaya kuliner di Indonesia tetap merupakan kewajiban bagi masyarakat Jawa pada khususnya, dan masyarakat Indonesia pada umumnya.

Jika berbicara tentang upaya melestarikan warisan kuliner, termasuk melestarikan masakan jawa yang khas dengan citarasa manisnya, hal yang bisa dilakukan antara lain menyajikan masakan jawa tersebut sebagai menu kudapan. Jika tidak cocok dengan citarasa manis, Anda bisa menguranginya, toh, mengurangi citarasa manis tidak lantas mengubah keidentikan masakan tersebut dengan daerah asalnya, bukan?

Seperti ketika Anda mencoba untuk menyajikan sayur lodeh, ketika Anda mengurangi pemakaian gula sehingga sayur lodeh yang dimasak tidak terlalu manis, apa lantas sayur lodeh tersebut bukan merupakan salah satu masakan jawa? Tidak demikian, bukan?

Selain mencoba menyajikan masakan jawa sebagai menu, Anda juga bisa melakukan ragam variasi pada resep atau bahan-bahan yang digunakan. Hal tersebut tentu tidak akan jadi masalah yang terpenting adalah akarnya masih berasal dari daerah Jawa, dengan melakukan hal tersebut, Anda justru telah melakukan hal lebih terhadap upaya pelestarian resep leluhur ini.

Masakan Jawa Ditengah Gempuran Masakan Cepat Saji

Tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan zaman membawa dampak yang sangat luas, bahkan hingga perihal isi-mengisi perut. Masakan jawa harus diakui memang merasakan dampak yang luar biasa dari kemajuan zaman tersebut. Warung-warung makan kecil yang menyajikan menu rumahan jauh kalah saing dengan restoran yang menyajikan makanan cepat saji.

Kriteria kepraktisan, citarasa, dan selera masyarakat Indonesia terhadap makanan seolah ikut berubah. Masakan jawa yang memegang kendali di zamannya sama sekali kehilangan taringnya. Di daerah Jawanya sendiri saja, rumah makan yang menyajikan masakan jawa suda tidak terlalu banyak.

Meskipun demikian, tak sedikit pula masyarakat Indonesia rindu dengan aneka olahan masakan jawa. Terutama mereka para perantau yang berasal dari daerah Jawa. Di sela-sela gempuran menu-menu praktis dan modern, orang-orang itu sengaja untuk memilih menyantap masakan jawa. Sekalipun hal tersebut tidak mesti dilakukan setiap hari.

Kekuatan masakan jawa masih terlihat kuat ketika Anda mengunjungi D.I Yogjakarta. Di daerah istimewa tersebut Anda akan disuguhkan oleh berjajarnya warung-warung kecil yang menjajakan aneka masakan khas daerah Jawa. Warung-warung kecil tersebut dikenali juga dengan istilah warung angkringan. Tidak asing dengan namanya? Tentu saja, mengingat warung ini memang sangat terkenal.

Warung angkringan tentu saja menyajikan aneka masakan jawa. Keberadaan warung unik ini secara langsung seolah membantah bahwa masakan jawa tidak punah. Masakan jawa masih ada dan tetap menjadi kegemaran masyarakat Jawa sendiri. Restoran-restoran cepat saji di kota besar itu seolah justru memandang iri terhadap keramaian yang dimiliki oleh warung angkringan.

Jadi, jika mau memandang hal ini secara optimis, masakan jawa nyatanya tetap memiliki tempat yang istimewa di hati para penggemarnya. Tidak peduli dengan keberadaan masakan modern yang ditawarkan para kaum borjuis, masakan jawa tetap melenggang dengan segala kelegendarisannya.

Aneka Masakan Jawa Penggugah Selera

1. Aneka Masakan Jawa Penggugah Selera – Sayur Lodeh

Masakan yang satu ini pasti tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Berdasarkan tradisi, Sayur Lodeh ternyata dikategorikan sebagai masakan jawa. Hal ini bisa terlihat dari citarasa manis yang dominan. Sayur Lodeh ini merupakan sayuran bersantan. Kuah santannya sendiri dibedakan menjadi dua, berwarna putih tanpa campuran cabai, dan berwarna merah dengan campuran cabai.

Sayur Lodeh berisi aneka jenis sayuran. Jika ditilik, sayuran yang umumnya digunakan ketika memasak Sayur Lodeh tidak berbeda jauh dengan sayuran yang digunakan dalam pembuatan Sayur Asem. Yaitu, kacang panjang, labu siam, jagung, daun melinjo, nangka muda atau masyarakat Jawa menyebutnya dengan ghori. Bedanya, masakan jawa yang satu ini menggunakan tambahan petai dan tempe semangit untuk menambah aroma.

Masakan jawa bersantan ini sangat pas jika disajikan dengan nasi putih hangat, telur asin atau ikan tongkol. Lebih lengkap jika Anda mengonsumsinya dengan ditambah sambal. Citarasa manis dari Sayur Lodeh, cocok dengan asin dari telur asin atau tongkol dan pedas dari sambal. Nambah porsi makan merupakan jaminan.

2. Aneka Masakan Jawa Penggugah Selera – Nasi Kucing

Siapa yang tidak mengenal masakan jawa yang satu ini, terlebih mereka para mahasiswa yang menuntut ilmu di Yogjakarta. Ya, Nasi Kucing merupakan salah satu kekayaan kuliner Yogjakarta sekaligus masyarakat Jawa. Menu ini paling banyak dijajakan di warung-warung angkringan. Dengan sangat mudah dan murah, Anda bisa menikmati masakan jawa ini.

Dinamakan Nasi Kucing karena porsi per-bungkusnya sangat sedikit. Seperti nasi untuk makan kucing. Jadi ketika menyantap masakan jawa ini, Anda yang porsi makannya banyak, kemungkinan akan kurang jika hanya makan satu bungkus Nasi Kucing. Jangan khawatir dengan uang yang akan dikeluarkan, karena harga Nasi Kucing per-porsinya cukup bersahabat.

Nasi Kucing biasanya dibungkus oleh daun jati. Pembungkus tersebut menambah kekhasan masakan jawa yang satu ini. Ketika disantap, pedagang angkringan biasanya menyediakan aneka lauk-pauk sebagai pendamping Nasi Kucing ini. Di antaranya adalah sate telur puyuh, tempe dan tahu bacem, sate usus ayam, babat goreng, tempe mendoan, ceker dan kepala ayam goreng.

3. Aneka Masakan Jawa penggugah Selera – Buntil

Satu lagi masakan jawa yang menggunakan bagian dari kelapa sebagai salah satu bahan utamanya. Adalah Buntil, masakan jawa yang terbuat dari parutan kelapa yang diolah dengan menambahkan bumbu, ikan teri, petai dan dibungkus dengan rebusan daun singkong atau pepaya.

Citarada dominan pada masakan jawa yang satu ini cukup bervariasi. Manis, pedas, gurih akibat parutan kelapa menjadi satu kesatuan yang menghasilkan sensasi kenikmatan ketika mengonsumsinya. Kenikmatan Buntil semakin menjadi ketika dibarengi dengan hangatnya nasi putih dan segelas teh tawar hangat.

4. Aneka Masakan Jawa Penggugah Selera – Botok

Mengategorikan Buntil sebaga masakan jawa rasanya tidak sah jika tidak memasukkan Botok sebagai salah satu masakan jawa yang juga terbuat dari parutan kelapa. Bedanya, dalam pembuatan Botok ini, parutan kelapa yang digunakan sudah berbentuk ampas.

Hadirnya masakan jawa yang satu ini sepertinya berkaitan dengan gaya hidup masyarakat Jawa yang pantang membuang-buang makanan. Ampas kelapa yang sejatinya sudah harus dibuang pun diolah agar menjadi makanan. Ditambahkan dengan bumbu, petai, teri dan tempe, kemudian dibungkus dengan daun pisang dan dikukus, Botok menjaminkan sebuah kenikmatan.

Sumber: www.nomor1.com