Pada awalnya manusialah yang menciptakan kebiasaan. Namun lama kelamaan, kebiasaanlah yang menentukan tingkah laku manusia.
Ada seorang yang hidupnya amat miskin. Namun walaupun ia miskin ia
tetap rajin membaca. Suatu hari secara tak sengaja ia membaca sebuah
buku kuno. Buku itu mengatakan bahwa di sebuah pantai tertentu ada
sebuah batu yang hidup, yang bisa mengubah benda apa saja menjadi emas.
Setelah mempelajari isi buku itu dan memahami seluk-beluk batu
ersebut, ia pun berangkat menuju pantai yang disebutkan dalam buku kuno
itu.
Dikatakan dalam buku itu bahwa batu ajaib itu agak hangat bila
disebut, seperti halnya bila kita menyentuh makhluk hidup lainnya.
Setiap hari pemuda itu memungut batu, merasakan suhu batu tersebut
lalu membuangnya ke laut dalam setelah tahu kalau batu dalam
genggamannya itu dingin-dingin saja. Satu batu, dua batu, tiga batu
dipungutnya dan dilemparkannya kembali ke dalam laut. Satu hari, dua
hari, satu minggu, setahun ia berada di pantai itu. Kini menggenggam dan
membuang batu telah menjadi kebiasaannya.
Suatu hari secara tak sadar, batu yang dicari itu tergenggam dalam
tangannya. Namun karena ia telah terbiasa membuang batu ke laut, maka
batu ajaib itupun tak luput terbang ke laut dalam. Lelaki miskin itu
melanjutkan 'permainannya' memungut dan membuang batu. Ia kini lupa apa
yang sedang dicarinya.
Bila hidup ini cuman suatu rentetan perulangan yang membosankan, maka
kita akan kehilangan kesempatan untuk menemukan nilai baru di balik
setiap peristiwa hidup.