Breaking

Mengenal Lebih Dekat Dengan Suku Batak

Suku Batak Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1 
Salah satu suku yang ada di negara kepulauan Indonesia adalah suku Batak, yakni suku yang berpopulasi lebih dari enam juta jiwa yang berasal dari daerah Sumatera Utara, Sumatera Timur, dan Tapanuli. Dengan beberapa jenis suku, maka muncul pula bahasa yang berbeda-beda dari suku tersebut.

Bahasa yang digunakan sebagai ciri khas suku Batak tertentu adalah toba, angkola, karo, simalungun, pakpak, dan mandailing.Begitu juga dengan agama yang dianutnya bermacam-macam, dari mulai Kristen, Islam, Parmalim, sampai pada animisme yang menjadi kepercayaan nenek moyang masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu. Meskipun agama yang mayoritas dianut oleh masyarakat Batak adalah agama Kristen.

Pada awalnya, suku Batak dianggap sebagai suku yang masyarakatnya merupakan penutur bahasa Austronesia. Itulah sebabnya bahasanya sedikit berbeda dengan bahasa suku lain di Indonesia yang kebanyakan berbasis Melayu.

Sejarah suku Batak sendiri masih menjadi perdebatan para sejarawan karena klasifikasi Batak dianggap sebagai perpecahan yang dilakukan penjajah Belanda pada masa penjajahan sehingga muncullah bermacam-macam kelompok dari suku Batak itu sendiri.

Oleh karena itu, masyarakat Batak tidak menggunakan satu bahasa karena bahasa yang digunakan oleh kelompok-kelompok tersebut merupakan bahasa yang diturunkan oleh bangsa lain dari luar daerah Batak, seperti halnya bahasa Tamil yang diturunkan pada bahasa Karo (marga Karo).

Penyebaran Agama dalam Masyarakat Suku BatakHal yang menjadi satu bahasan dalam menyikapi khazanah budaya suku Batak adalah penyebaran agama yang ada di dalam masyarakat suku tersebut.Pada mulanya, masyarakat setempat memegang teguh prinsip kepercayaan Sipelebegu atau Parbegu, yakni Parmalim dan animisme yang diturunkan oleh nenek moyang mereka.

Penyebaran agama Islam yang dilakukan oleh masyarakat luar lewat perdagangan di wilayah ini juga tidak mampu mengubah sistem kepercayaan mereka itu. Namun, semakin lama semakin banyak warga Melayu beragama Islam yang datang dan berdagang di tempat ini, serta mengawini para perempuan suku Batak, maka masuklah agama Islam ke dalam wilayah tersebut.

Wilayah yang banyak didatangi oleh pedagang Minangkabau adalah wilayah Mandailing karena jaraknya yang sangat dekat dengan masyarakat Minang. Oleh karena itu, masyarakat Batak Mandailing kebanyakan memeluk agama Islam sampai sekarang.

Berbeda dengan marga Toba dan Karo yang sangat sulit dimasuki oleh berbagai isme, kedua marga tersebut termasuk marga yang sangat tertutup jika dibandingkan dengan marga yang lain sehingga masih banyak orang yang menganut sistem kepercayaan lama di daerah tersebut.

Sementara itu, masyarakat Batak lain yang tidak emmeluk agama Islam mendapatkan kepercayaan Kristiani dari missionaris Amerika dan Belanda pada masa penjajahan. Pada masa tersebut, para penjajah Belanda membuat buku tata bahasa dan Kamus Batak-Belanda yang membuat masyarakat Batak lebih memahami apa yang dikatakan oleh para penjajah Belanda.

Hal tersebut semata-mata dilakukan oleh Belanda agar masyarakat Batak tidak melakukan pemberontakan terhadap mereka. Namun, karena hal tersebut pulalah masyarakat Batak Toba dan Karo pada akhirnya masuk ke dalam agama Kristen Protestan.

Nilai-Nilai Primordial Suku Batak

Selain sistem kepercayaan yang pada awalnya bertolak pada misi roh dan kekuatan alam, masyarakat Batak juga cenderung menjunjung tinggi adat istiadat budaya mereka. Oleh karena itu, tidak heran jika kita sering menemukan masyarakat Batak yang saling menyapa dan seringkali berbicara dalam bahasa Batak meskipun di dalam pembicaraan umum.

Salah satu yang menjadi ciri khas budaya Batak adalah salam khas yang diucapkan masing-masing anggota kelompok suku tersebut apabila bertemu dengan angota kelompok yang sama (antarmarga). Seperti kata “Horas” yang sudah menjadi ikon budaya masyarakat Batak, salam “Mejuah juah” atau “Njuah juah” juga merupakan salah satu ciri yang mampu membedakan mereka dari suku bangsa lain yang ada di Indonesia.
Namun, salam paling terkenal adalah “Horas”.Setelah sistem kepercayaan dan salam khas suku Batak, masyarakat suku ini juga memiliki sistem kekerabatan yang khas, yakni hubungan yang dimiliki berdasarkan faktor keturunan dan perkawinan. Pada faktor keturunan, masyarakat Batak akan menggunakan nama dengan marga dari ayah.

Selain itu, marga juga merupakan salah satu ciri suatu kelompok masyarakat sehingga masyarakat yang memiliki marga yang sama cenderung bisa bergotong royong dengan baik. Meskipun dalam suku Batak Toba dikenal istilah Jonok dongan partubu jonokan do dongan parhundul yang merupakan imbauan agar senantiasa berhubungan baik dengan para tetangga, namun kelompok satu marga menjadi prioritas utama bagi masyarakat tersebut.

Dalam sistem adat istiadat suku Batak, dikenal istilah Hulahula, Dongan Tubu, dan Boru. Hulahula adalah pihak keluarga dari istri yang harus dihormati oleh semua warga suku Batak, sedangkan Dongan Tobu adalah saudara laki-laki semarga yang juga harus dihormati dan dihargai sebagai bentuk persaudaraan terdekat masyarakat Batak. Sementara itu, Boru adalah pihak keluarga yang berhak memberi izin untuk mempersunting perempuan dari marga lain.

Boru ini menempati posisi paling rendah dalam sistem kekerabatan di suku Batak karena untuk mencapai tingkat keharmonisan keluarga yang lebih tinggi, ada hal-hal yang harus dilakukan agar bisa menarik hati Boru untuk memberikan puteri mereka kepada marga lain yang ingin mempersuntingnya.

Dalam adat istiadat suku Batak, tiap orang wajib mengetahui silsilah keluarga mereka sehingga mereka memahami benar dari mana mereka mendapatkan nama marga mereka.Hal ini dilakukan sebagai bentuk yang jelas untuk mengidentifikasi diri secara moral dan budaya. Oleh karena itu, masyarakat Batak memiliki sistem persaudaraan yang sangat erat jika dibandingkan dengan suku lain yang ada di Indonesia.

Budaya Seni Khas Suku Batak

Salah satu hal yang tidak akan pernah lepas dari satu budaya etnik adalah kesenian, yakni sesuatu yang bernilai keindahan dengan filosofi moral spiritual adat istiadat di dalamnya. Sama seperti halnya suku budaya lain, suku Batak juga memiliki ciri khas dalam bidang kesenian.

Salah satu kesenian khas Batak yang terkenal adalah tari berdaya magis yang dinamakan Tari Tor-Tor. Tarian tersebut dipentaskan dalam sebuah upacara khusus yang disebut upacara menari tor-tor. Alat yang digunakan pada upacara menari tor-tor adalah gong dan saga-saga.

Selain acara yang diselenggarakannya khusus, penari yang membawakan tarian ini juga wajib menggunakan pakaian adat khas Suku Batak yang merupakan hasil kerajinan tangan masyarakat Batak, yakni kain ulos. Selain pada upacara menari tor-tor, kain tersebut juga digunakan saat menghadiri upacara perkawinan, upacara kematian, penyerahan harta warisan, penyambutan tamu terhormat, dan saat mendirikan rumah adat.

Selain kesenian, masyarakat Batak juga masih menjadikan bercocok tanam sebagai mata pencaharian utama karena menyangkut harta waris yang tidak mungkin habis karena setiap warga akan mendapatkan tanah yang tidak boleh dijual sama sekali.

Beternak dan menjadi perajin juga merupakan mata pencaharian yang dipilih masyarakat suku Batak karena kedua hal tersebut masih menggunakan nilai-nilai primordial yang sesuai dengan kepercayaan adat mereka. Hasil kerajinan tangan yang dihasilkan para perajin suku Batak adalah kain ulos, anyaman rotan, ukiran kayu, dan beberapa cindera mata yang kita bisa temui di daerah pariwisata yang ada di wilayah Sumatera Utara.

Sumber: www.nomor1.com