Breaking

Anda adalah Pemilik Pikiran Anda Sendiri


Kita sering jengkel sama orang. Rekan kerja, teman main, tetangga, atau bahkan pasangan kita sendiri. Khususnya lagj, sama mantan. Jengkel itu tidak jarang berubah menjadi obsesi.

Tanpa kita sadari, kita menjadikan dia pusat semesta. Semua hal buruk yang kita alami, atau kita saksikan, kita kaitkan dengan dia. Kita senang kalau dia gagal, jatuh, atau dipermalukan. Hari-hari kita habiskan untuk berharap atau berkhayal hal-hal buruk akan terjadi pada dia. Bahkan kita merancang agar hal buruk menimpa dia.

Atau sebaliknya. Ada orang yang suka mengganggu kita. Sirik, nyinyir, sengak, nyindir-nyindir. Menjengkelkan, bukan? Hari-hari kita jadi terasa nelangsa karena gangguannya. Lalu kita meratap, kok dia tega sih? Kok ada orang jahat kayak gitu sih?

Ini adalah salah satu pangkal ketidak bahagiaan. Kita menghabiskan energi yang kita fokuskan untuk dia, sekaligus untuk menguras kebahagiaan kita. Besar kemungkinan harapan kita untuk melihat dia jatuh tidak akan terwujud. Kita menyia-nyiakan energi dan kebahagiaan kita.

Kita adalah pemilik pikiran kita. Kita bisa memilih untuk melupakan dia, mengabaikan dia. Kita alihkan fokus energi kita untuk melakukan hal-hal baik, mencari dan membuat sumber-sumber kebahagiaan. Tapi kan dia bahagia di luar sana dengan segala kejahatannya? Lhaaaa, sudah dibilang, lupakan dia. Dia bahagia atau sengsara, itu tidak penting. Yang penting kita bahagia.

Jadi, resep untuk masalah ini sebenarnya sederhana. Neglect, ignore, forget.

Sumber : Abdurakhman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar