Breaking

Mutiara Hati

Mutiara Hati Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1


Awan masih diselimuti embun dan udara yang masih menyejukkan badan. Ketika orang-orang masih terlelap tidur dan azan subuh pun berkumandang, aku merasakan kepedihan batin ketika ku lihat ibu yang sudah bangun terlebih dahulu daripada aku. Ia yang seharusnya masih beristirahat di tempat tidur kini sudah harus mempersiapkan segera peralatan untuk membuat kue yang akan ku jajakan nanti. Ingin rasanya aku yang mengerjakannya tetapi, pasti ibu tidak mengizinkannya. Hanya menjajakan kue lah yang bisa kubantu pada saat matahari belum terbit.

Ayam berkokok menunjukkan saat aku harus menjajakan kue buatan ibu yang masih panas. Udara yang begitu sejuk membuat aku bersemangat untuk menjajakan kue buatan ibu. Saat-saat suasana ini lah yang aku suka ketika menjajakan kue yaitu, udara yang begitu segar serta alam-alam yang turut merasakan kebahagiaan dan bertasbih menyebut nama-Nya. Seakan-akan diri ini tidak ingin beranjak dari suasana seperti ini. Aku merasa diri ini sangat beruntung sekali bisa merasakan anugerah yang tak terhingga yang di berikan-Nya kepada diriku.

Ibu selalu berkata kepadaku “Bersyukurlah nak terhadap apa yang diberikan-Nya kepada kita dan taatlah terhadap perintah-Nya”. Ibu kau lah relung jiwaku, penyemangat hidupku, dan motivasi diriku. Kau telah mengajarkan banyak hal kepada diriku.

Terkadang kue yang kujajakan tidak habis terjual tetapi, ibu hanya mengeluarkan senyuman getir yang tulus ikhlas dari hatinya, “Alhamdulillah nak kamu sudah sampai” katanya kepadaku. Ia tidak memikirkan kue itu habis terjual atau tidak beliau hanya memikirkan diriku. Aku tidak mengerti perasaan apa yang selalu menggeliat di hati ibu yang selalu melihat kuenya tidak habis terjual. Perasaan kecewa atau sedih? Aku tidak tahu sama sekali biarlah itu hanya menjadi rahasia ibu.

Titik kesabaran seseorang memang tidak ada batasnya karena kita akan terus diuji oleh Sang Khalik untuk menjadi hamba-Nya yang sabar dalam menjalani kehidupan ini. Mungkin itu lah yang selalu dirasakan wanita cantik walau kulitnya sudah keriput ia tetap terlihat cantik bagaikan mutiara-mutiara di laut. Mengapa aku berkata seperti itu? Karena hati ibu yang mulia sehingga ibu ku sebut mutiara-mutiara di laut.

Aku tidak tahu bagaimana cara membalas ketulusan hati ibu yang sudah merawat ku sampai saat ini. Ibu memang tidak meminta apapun kepadaku beliau hanya mempunyai satu permintaan saja yaitu, mendoakan ia ketika aku selesai shalat. Hanya itu permintaan ibu kepadaku. Ribuan keringat sudah banyak bercucurun di tubuh ibu untuk membesarkan aku, tidak sebanding dengan permintaannya itu.

Yang perlu diketahui bahwa setiap orangtua tidak membutuhkan sesuatu yang bagus ataupun mahal dari anaknya. Mereka hanya menginginkan anaknya tumbuh menjadi anak yang berbakti kepada mereka dan mencapai cita-cita setinggi-tingginya. Itu jugalah yang diinginkan ibu kepada ku. Ibu terimakasih atas segala jeri payah yang telah kau berikan kepadaku. Doakan aku selalu ya bu agar aku menjadi anak yang selalu menyayangi ibu dan berbakti kepada ibu. Ibu hatimu tempat naungan ku mengadu segala kebahagiaan dan kesedihan hati. Ibu kau mutiara hatiku.

Sumber: www.nomor1.com