Awan masih diselimuti embun dan udara yang masih menyejukkan badan.
Ketika orang-orang masih terlelap tidur dan azan subuh pun berkumandang,
aku merasakan kepedihan batin ketika ku lihat ibu yang sudah bangun
terlebih dahulu daripada aku. Ia yang seharusnya masih beristirahat di
tempat tidur kini sudah harus mempersiapkan segera peralatan untuk
membuat kue yang akan ku jajakan nanti. Ingin rasanya aku yang
mengerjakannya tetapi, pasti ibu tidak mengizinkannya. Hanya menjajakan
kue lah yang bisa kubantu pada saat matahari belum terbit.
Ayam berkokok menunjukkan saat aku harus menjajakan kue buatan ibu
yang masih panas. Udara yang begitu sejuk membuat aku bersemangat untuk
menjajakan kue buatan ibu. Saat-saat suasana ini lah yang aku suka
ketika menjajakan kue yaitu, udara yang begitu segar serta alam-alam
yang turut merasakan kebahagiaan dan bertasbih menyebut nama-Nya.
Seakan-akan diri ini tidak ingin beranjak dari suasana seperti ini. Aku
merasa diri ini sangat beruntung sekali bisa merasakan anugerah yang tak
terhingga yang di berikan-Nya kepada diriku.
Ibu selalu berkata kepadaku “Bersyukurlah nak terhadap apa yang
diberikan-Nya kepada kita dan taatlah terhadap perintah-Nya”. Ibu kau
lah relung jiwaku, penyemangat hidupku, dan motivasi diriku. Kau telah
mengajarkan banyak hal kepada diriku.
Terkadang kue yang kujajakan tidak habis terjual tetapi, ibu hanya
mengeluarkan senyuman getir yang tulus ikhlas dari hatinya,
“Alhamdulillah nak kamu sudah sampai” katanya kepadaku. Ia tidak
memikirkan kue itu habis terjual atau tidak beliau hanya memikirkan
diriku. Aku tidak mengerti perasaan apa yang selalu menggeliat di hati
ibu yang selalu melihat kuenya tidak habis terjual. Perasaan kecewa atau
sedih? Aku tidak tahu sama sekali biarlah itu hanya menjadi rahasia
ibu.
Titik kesabaran seseorang memang tidak ada batasnya karena kita akan
terus diuji oleh Sang Khalik untuk menjadi hamba-Nya yang sabar dalam
menjalani kehidupan ini. Mungkin itu lah yang selalu dirasakan wanita
cantik walau kulitnya sudah keriput ia tetap terlihat cantik bagaikan
mutiara-mutiara di laut. Mengapa aku berkata seperti itu? Karena hati
ibu yang mulia sehingga ibu ku sebut mutiara-mutiara di laut.
Aku tidak tahu bagaimana cara membalas ketulusan hati ibu yang sudah
merawat ku sampai saat ini. Ibu memang tidak meminta apapun kepadaku
beliau hanya mempunyai satu permintaan saja yaitu, mendoakan ia ketika
aku selesai shalat. Hanya itu permintaan ibu kepadaku. Ribuan keringat
sudah banyak bercucurun di tubuh ibu untuk membesarkan aku, tidak
sebanding dengan permintaannya itu.
Yang perlu diketahui bahwa setiap orangtua tidak membutuhkan sesuatu
yang bagus ataupun mahal dari anaknya. Mereka hanya menginginkan anaknya
tumbuh menjadi anak yang berbakti kepada mereka dan mencapai cita-cita
setinggi-tingginya. Itu jugalah yang diinginkan ibu kepada ku. Ibu
terimakasih atas segala jeri payah yang telah kau berikan kepadaku.
Doakan aku selalu ya bu agar aku menjadi anak yang selalu menyayangi ibu
dan berbakti kepada ibu. Ibu hatimu tempat naungan ku mengadu segala
kebahagiaan dan kesedihan hati. Ibu kau mutiara hatiku.
Sumber: www.nomor1.com