“When life hand you a lemon, squeeze it and make lemonade.”
— W. Clement Stone
Tantangan begitu identik dengan kehidupan manusia. Pemanasan global
adalah topik yang sedang hangat bila kita berbincang tentang tantangan.
Sebelum betul-betul menjadi bencana besar bagi seluruh umat manusia,
berbagai upaya sudah dilakukan untuk menghadapi tantangan tersebut.
Salah satunya adalah diselenggarakannya Konferensi UNFCCC di P. Bali,
yang mendesak kesadaran masyarakat dunia untuk memelihara kelestarian
alam, di antaranya tidak menggunduli hutan, bertanggung jawab terhadap
pengolahan limbah, reboisasi, mengurangi polusi udara dan lain
sebagainya.
Tantangan yang tidak kalah berat di negeri kita adalah bencana alam,
di antaranya banjir, gempa, gunung meletus, tanah longsor dan lain
sebagainya. Banjir di Jakarta 1 Februari 2008 misalnya, itu sangat
merepotkan, menyebabkan kerugian dan pemborosan besar-besaran, karena
macet di mana-mana dan kegiatan ekonomi tentu juga terhambat. Banyak
waktu terbuang sia-sia. Saya merupakan salah satu di antara ribuan warga
Jakarta yang terperangkap di jalanan puluhan jam karena macet luar
biasa.
Tantangan lainnya adalah gejolak ekonomi di seluruh belahan dunia,
antara lain disebabkan oleh kenaikan harga minyak mentah yang menggila.
Masalah tersebut menimbulkan iklim bisnis yang suram di dunia termasuk
di Indonesia. Kelesuan ekonomi mengancam kelangsungan usaha. Akibatnya,
banyak perusahaan mengurangi produksi atau bahkan bangkrut, lalu
mengurangi jumlah karyawan. Akibatnya persaingan kerja semakin tinggi,
karena jumlah pengangguran semakin banyak sedangkan peluang kerja
semakin sedikit.
Sementara itu BBM industri sudah naik per 1 Maret 2008. Sementara di
tengah daya beli masyarakat yang menurun, harga kebutuhan pokok termasuk
minyak goreng dan minyak tanah juga terus merangkak naik. Masalah
ekonomi semakin menghimpit kehidupan masyarakat, selanjutnya memicu
kriminalitas dan masalah sosial lainnya.
Saat sekarang bangsa Indonesia akan segera menyongsong perhelatan
pemilihan presiden dan wakilnya tahun depan (2009). Situasi politik di
Indonesia akan menghangat. Tentu saja kita berharap semoga proses menuju
perhelatan akbar itu tidak diwarnai teror bom dan kerusuhan seperti di
Pakistan dan Nigeria, agar tidak ikut menambah panjang tantangan yang
harus kita hadapi.
Tantangan akan terus bermunculan di belahan dunia mana pun. Semakin
hari tantangan tersebut akan meningkat seiring berjalannya waktu dan
gejolak di dunia yang penuh ketidakpastian. Sehingga kita harus segera
melakukan langkah-langkah konstruktif, sebab semakin lama tantangan yang
harus kita hadapi bukan semakin mudah. Segera lakukan sesuatu agar
tidak menjadi korban dari tantangan kehidupan melainkan menjadi pemenang
karena berhasil melampaui tantangan tersebut dengan baik.
Langkah penting pertama yang harus segera kita lakukan menghapuskan
kata frustrasi dalam kamus kehidupan. Jika Anda harus berhadapan dengan
kegagalan atau kepedihan yang secara positif disebut dengan tantangan,
maka luangkan waktu sejenak untuk mengevaluasi kesalahan yang mungkin
Anda lakukan. Kemudian segeralah bangkit.
Boleh saja Anda berduka karena tantangan yang harus Anda hadapi.
Tetapi, jangan membiarkan diri Anda terkalahkan olehnya. “If you are not
committed to getting better at what you are doing, you are bound to get
worse. – Jika Anda tidak berkomitmen untuk mengerjakan tanggung jawab
Anda dengan lebih baik, maka Anda selamanya Anda akan terperangkap dan
kian terpuruk,” kata Pat Riley dalam bukunya yang berjudul The Winner
Within.
Petiklah manfaatnya dengan menjadikan tantangan tersebut sebagai
motivasi untuk memperbaiki diri, meliputi memperbaiki pola pikir, sikap,
meningkatkan kekuatan spiritual, etos kerja, kemampuan dan lain
sebagainya.
“Jangan berharap sesuatu yang lebih baik, berharaplah Anda
yang lebih baik,” kata Jim Rohn. Bila hal itu Anda lakukan, maka dalam
jangka waktu tertentu Anda akan mampu mengerjakan suatu pekerjaan atau
peluang baru dengan lebih baik dan mental yang lebih kuat.Setelah itu,
segera manfaatkan setiap kesempatan untuk meningkatkan kemampuan dan
ilmu pengetahuan. Sebuah pepatah mengatakan, “The future belongs to the
competent. – Masa depan adalah milik mereka yang mempunyai keahlian
lebih baik.” Orang-orang yang berilmu dan mempunyai keahlian lebih mampu
menjelang masa depan gemilang. Karena di tengah badai tantangan
sekalipun mereka dapat bersikap optimis dan kreatif.
Salah satu contoh sebut saja Roy Wibisono, seorang peneliti sekaligus
pengusaha keramik di Semarang-Jawa Tengah. Di tengah impitan tekanan
ekonomi seperti sekarang, usaha keramik yang ia tekuni justru makin
berkibar. Daya kreativitasnya memanfaatkan lumpur Porong Lapindo dan
pasir dari letusan Gunung Merapi menghasilkan karya keramik yang unik
dan bernilai jual tinggi. Siapa yang mengira bahwa apa yang disebut
sebagai bencana dapat menjadi sumber penghasilan yang prospektif di
tangan Roy Wibisono dengan ilmu pengetahuan dan kreativitas yang
dimilikinya.
Sedangkan langkah lain yang harus Anda lakukan adalah mengontrol
pengeluaran. Sebesar apa pun penghasilan Anda tidak akan pernah cukup
jika Anda bergaya hidup konsumtif. Ciptakan kesadaran untuk tidak
berutang. Gunakan kartu kredit hanya untuk kebutuhan mendesak, bukan
untuk komsumtif.
Sebaliknya, belajarlah menabung dan investasi. Sisakan minimal 20
persen dari total pendapatan setiap bulan. Kemudian tingkatkan terus
jumlah tabungan dan investasi Anda karena tindakan tersebut dapat
memberikan keuntungan dalam jangka panjang.
Selain merencanakan keuangan untuk hari depan, pikirkan pula
perlindungan terhadap kesehatan. Sisihkan sebagian kecil dari uang Anda
untuk menjamin semua biaya pengobatan di kemudian hari. Dengan cara
demikian Anda akan mendapatkan manfaat yang sangat besar di masa depan
dan hidup lebih nyaman di hari tua.
Hidup bersahaja adalah pilihan yang sangat bijaksana di tengah harga
semua kebutuhan pokok semakin mahal. Hidup lebih sehat meskipun Anda
tetap mempertahankan pola kesederhanaan. Selain mengurangi pengeluaran,
hidup bersahaja sangat efektif untuk menjaga harta dan keselamatan Anda,
karena tidak akan menyebabkan kecemburuan sosial yang dapat memicu
tindak kriminal.
Secara garis besar, kunci keberhasilan menghadapi tantangan kehidupan
yang semakin berat adalah bersikap optimis, atau memupuk ketahanan
mental. Kalau dalam peribahasa Tionghoa dikatakan, “Nian nian nan guo,
nian nian guo.” Artinya, kehidupan setiap tahun akan semakin sulit,
tetapi dengan ketabahan semua tantangan itu akan dapat dilalui dengan
baik.
Sementara di tengah tantangan itu kita juga harus bertindak lebih
bijaksana dan berhati-hati. Perhitungkan segala tindakan hanya untuk
mencapai manfaat hingga jangka panjang. “You must have long term goals
to keep you from being frustrated by short term failures. – Kamu harus
punya tujuan jangka panjang untuk menghindarkan dirimu dari frustasi
terhadap kegagalan jangka pendek,” kata Charles Sherwood Noble
(1873-1957), seorang mantan tuan tanah yang jatuh pailit tetapi berhasil
bangkit dan membangun kesuksesan kembali 1 tahun kemudian.
Sumber: www.nomor1.com