“I see only the objective, therefore the obstacles must give way. –
Saya hanya memperhatikan secara obyektif. Karenanya setiap tantangan
yang harus saya hadapi justru memberi saya jalan keluar.”
~ Napolean Bonaparte
Kekurangan dan kemalangan merupakan suatu hal yang sangat dihindari
orang. Bahkan mayoritas manusia merasa malu mengakui kekurangan yang
mereka miliki. Mereka beranggapan bahwa kekurangan hanya akan menjadi
obyek cemoohan. Bahkan mereka berpikir bahwa kekurangan adalah
penghalang untuk mendapatkan perlakuan ataupun kehidupan yang layak.
Pemikiran seperti itu tentu saja tak hanya menyiksa diri sendiri,
melainkan membunuh kesempatan untuk hidup lebih baik. Bukankah jauh
lebih baik jika kita menerima, mencintai dan menghargai diri sendiri apa
adanya? Karena manusia diciptakan oleh Tuhan YME dengan segala
kelebihan dan kekurangan.
Bila saja kita bersedia mengintropeksi diri, tentu masing-masing
diantara kita mempunyai keunikan yang tidak dimiliki orang lain. Bila
kita bersedia menjadikan kekurangan tersebut sebagai sumber motivasi
untuk menjadi lebih baik, tentu kita akan dapat memanfaatkan kelebihan
yang kita miliki menjadi bernilai luar biasa.
Salah satu contoh sebagai referensi belajar kita adalah Hirotada
Ototake. Remaja di Jepang ini dilahirkan cacat, tanpa kedua tangan dan
kaki. Kenyataan tersebut tidak membuat Hirotada bersusah hati.
Sebaliknya, dalam sebuah buku No One’s Perfect, Hirotada mencurahkan isi
hati bahwa kekurangan yang ia miliki bukan penghalang baginya untuk
bekerja keras, menikmati humor dan hidup bahagia.
Satu lagi orang Indonesia yang sangat berbakat dalam melukis, namanya
Patricia Saerang. Ia merupakan satu diantara ratusan pelukis berbakat
yang tergabung dalam MFPA (Mouth and Foot Painting Artists – pelukis
dengan mulut dan kaki). Meskipun cacat ia menyalurkan jiwa seni lukis
lewat guratan kanvas dengan kaki kirinya. Karya lukisan Patricia sangat
menakjubkan, bahkan salah satunya menghiasi kartu pos yang beredar di
Indonesia.
Hirotada Ototake dan Patricia Saerang merupakan contoh personifikasi
yang memilih untuk tidak menyesali atau malu atas kekurangan mereka.
Mereka juga tidak berusaha menyalahkan siapapun. Mereka hanya berusaha
mensyukuri apa yang sudah mereka miliki dan mengasah potensi yang masih
sangat besar di dalam diri mereka. Jika Hirotada Ototake dan Patricia
Saerang dengan keadaan fisik yang serba kurang sudah mampu menciptakan
prestasi luar biasa, lalu bagaimana dengan kita? “Strength is a matter
of a made up mind. – Kekuatan berasal dari pola pikir,” kata John
Beecker. Jadi tanamkan dalam pikiran kita bahwa manusia pasti mempunyai
kekurangan dan kelebihan. Jangan lagi meratapi kekurangan melainkan
pikirkan bagaimana mengasah potensi lainnya untuk mendapatkan kehidupan
yang lebih baik dari hari ke hari.
Selain memiliki kekurangan dan kelebihan, manusia seperti kita tentu
juga mengalami keberuntungan maupun kemalangan, seperti kisah fiksi
berikut ini yang menceritakan tentang seorang peternak lembu.
Diceritakan bahwa peternak itu sangat rajin mengurus lembu-lembunya
hingga berkembang dari belasan menjadi 250 ekor lembu. Setiap pagi
dengan gembira ia menggiring lembu-lembu itu ke padang rumput yang luas
dan tumbuh subur di desanya.
Suatu hari salah satu lembu tersebut hilang. Setelah ia mencari
kesana kemari, ia menemukan bangkai lembu itu di pinggir sungai bekas
dimangsa singa. Kehilangan satu lembu membuat peternak itu betul-betul
frustasi. Hatinya terlampau sedih kehilangan salah satu lembunya. Tetapi
yang sangat mengejutkan adalah ketika tiba-tiba ia menggiring 249 lembu
yang tersisa terjun ke jurang sehingga mati semuanya.
Sangat ironis nasib peternak lembu itu. Sikap yang tak dapat menerima
kemalangan menjadikan peternak itu kehilangan seluruh lembunya. Itulah
gambaran menyedihkan tentang nasib seseorang apabila tidak dapat
menerima kemalangan.
Berdasarkan kisah tersebut kita dapat memetik satu pelajaran bahwa
mensyukuri apa yang sudah ada di genggaman jauh lebih menguntungkan
dibandingkan terus memikirkan apa yang terlepaskan. Tak ada gunanya
terus meratapi kemalangan, karena hanya akan menimbulkan frustasi.
Sebaliknya bila kita mensyukuri apa yang masih ada di genggaman,
memeliharanya dengan baik dan mempertajam kemampuan, tentu manfaat yang
bakal kita peroleh akan jauh lebih besar.
Bagaimanapun kehidupan ini terus berjalan, sekalipun kita sedang
dalam keadaan sangat susah atau gembira, sedang beruntung atau dalam
keadaan paling sulit sekalipun. Sebagai manusia kita harus selalu dapat
menerima kenyataan dengan lapang dada, memelihara sikap dan motivasi
positif, serta tetap menjalankan tanggung jawab dengan sepenuh hati.
Hanya dengan cara tersebut kita dapat memetik manfaat yang sangat
menguntungkan dari setiap kemalangan maupun kekurangan kita.
Sumber: www.nomor1.com