Judul artikel ini terkesan “aneh”, bukan? Mengapa bertanya pada
keheningan dan bukan kepada seseorang? Apakah keheningan bisa memberikan
jawaban? Kalau bisa dari mana jawaban itu muncul?
Pembaca, keheningan yang saya maksudkan di sini bukan keheningan
malam saat kita semua pulas dalam tidur atau keheningan di puncak gunung
saat kita hanya seorang diri menatap langit malam penuh bintang.
Keheningan ini juga bukan saat berhentinya aktifitas kehidupan.
Keheningan yang saya maksudkan adalah keheningan atau ketenangan pikiran
yang penuh hingar bingar.
Untuk lebih memahami apa yang saya tulis di atas maka ijinkan saya
untuk menjelaskan sekilas mengenai kesadaran (consciousness). Untuk bisa
memahami kesadaran maka ada dua hal yang perlu kita ketahui. Pertama
adalah kondisi kesadaran (state of consciousness) dan muatan kesadaran
(content of consciousness).
Kondisi kesadaran ditentukan oleh pola gelombang otak seseorang pada
satu waktu tertentu. Kondisi ini dinamis dan bisa berubah setiap saat.
Sedangkan muatan kesadaran adalah isi atau buah pikir (thought) yang
muncul bersamaan atau pada suatu keadaan kesadaran tertentu.
Dengan bantuan teknologi EEG yang telah dimodifikasi untuk kebutuhan
khusus maka kini kita bisa melihat secara real time kondisi kesadaran
seseorang dengan mengamati komposisi gelombang otak yang terdiri dari
gelombang beta, alfa, theta, dan delta.
Beta adalah gelombang otak yang paling banyak ditemukan saat
seseorang dalam kondisi sadar. Beta juga dikenal dengan gelombang
pikiran sadar. Beta dihasilkan oleh aktifitas berpikir. Kisaran
frekuensinya antara 12 – 15 Hz. Ada lagi yang disebut dengan High Beta
yang lebih tinggi frekuensinya. Beta yang sangat tinggi berhubungan
dengan kecemasan atau perasaan panik. Orang yang menjalani hidup dominan
dengan gelombang beta, khususnya beta yang tinggi, akan dipenuhi dengan
perasaan cemas, takut, dan tidak mampu memfokuskan pikirannya.
Alfa adalah gelombang otak saat kita rileks, melamun, atau
berfantasi. Frekuensi alfa berkisar antara 8 – 12 Hz dan berfungsi
sebagai jembatan penghubung antara pikiran sadar dan pikiran bawah
sadar/nirsadar. Alfa sangat penting karena membuat kita mampu menyadari
apa yang sedang terjadi dengan diri kita saat dalam kondisi meditasi
yang sangat dalam ataupun saat kita bermimpi.
Theta adalah gelombang otak yang dihasilkan oleh pikiran bawah sadar.
Theta muncul saat kita bermimpi dan pada fase REM (rapid eye movement).
Pikiran bawah sadar mempunyai banyak fungsi, antara lain sebagai tempat
menyimpan memori, emosi, persepsi, kepribadian, intuisi, dan masih
banyak lagi. Muatan pikiran bawah sadar ini hanya bisa diakses bila kita
mempunyai kombinasi dan porsi yang tepat dari frekuensi lainnya. Jadi,
jika hanya theta saja yang aktif dan tidak ada alfa atau beta maka
informasi dari pikiran bawah sadar tidak bisa diakses dan dimengerti.
Theta juga merupakan frekuensi yang menentukan level kedalaman
meditasi atau khusyuk seseorang. Melalui gelombang theta kita
menciptakan dan mengalami hubungan spiritual yang paling kuat, paling
dalam, dan berkesan.
Delta adalah gelombang yang paling lambat dan rendah frekuensinya dan
merupakan pikiran nirsadar (unconscious). Pada orang tertentu gelombang
delta mereka sangat aktif walaupun mereka dalam kondisi bangun/sadar
dan bertindak sebagai radar yang selalu melakukan scanning. Kemampuan
ini yang mendasari intuisi, empati, dan insting kita. Melalui delta kita
bisa mengetahui kesejatian diri.
Delta banyak dijumpai pada orang yang bekerja di bidang yang
berhubungan dengan terapi, misalnya psikiater, psikolog, dokter, atau
siapa saja yang biasa memberikan bantuan pada orang lain dalam hal yang
berhubungan dengan masalah mental, psikologi, atau emosi. Satu hal yang
sangat menarik dari delta yaitu gelombang ini merupakan gerbang untuk
mengakses collective unconscious (nirsadar kolektif).
Singkat kata begini. Beta memberikan kerangka konspetual dan gambaran
melalui kata-kata yang menentukan secara tepat pemahaman suatu situasi
melalui proses berpikir. Alfa memberikan input sensori dan memberikan
gambar pada muatan yang berasal dari pikiran bawah sadar dan atau
nirsadar. Theta adalah gelombang pikiran bawah sadar, menyediakan
informasi “orang dalam” atau kebijaksanaan. Informasi yang berasal dari
theta dialami seperti gambar yang kabur, gelap, kelam, dan buram. Pada
saat alfa dan theta aktif bersamaan maka informasi ini akan dimengerti
secara mendalam dan dengan gambar yang jelas. Delta memberikan input
yang bersifat instingtif dan intuitif yang dipercaya berasal dari
Kecerdasan Universal atau Kecerdasan Koletif.
Lalu apa hubungan penjelasan saya yang panjang lebar mengenai gelombang otak dan judul artikel ini?
Begini ya, banyak orang berusaha mendapatkan jawaban dari masalah
mereka dengan mencari di luar diri mereka. Sebenarnya tanpa mereka
sadari atau ketahui jauh di dalam pikiran mereka ada “kesadaran” yang
mampu memberikan jawaban yang mereka cari.
Untuk bisa mengakses “kesadaran” ini maka kita perlu mengerti pola
gelombang otak. Umumnya orang mencari jawaban dengan berpikir keras. Ini
kurang baik atau kurang tepat karena hanya akan mengaktifkan pikiran
sadar atau gelombang beta.
Yang perlu kita lakukan adalah dengan memikirkan masalah kita dan
selanjutnya membiarkan pertanyaan yang berhubungan dengan masalah kita
turun dan masuk ke pikiran bawah sadar atau nirsadar.
Untuk bisa melakukan ini maka kita perlu menenangkan atau mendiamkan
pikiran sadar kita. Saat kita masuk ke kondisi hening yang pasrah maka
pada saat itu jawaban yang kita cari akan muncul dari pikiran bawah
sadar/nirsadar dan naik ke pikiran sadar. Dan tiba-tiba kita akan
berkata, “Aha…saya tahu jawabannya”. Inilah proses yang terjadi atau
dialami seseorang yang mendapat jawaban saat berdoa atau sholat tahajud.
Proses jawabannya seperti ini. Pertama, pikiran nirsadar akan
memberikan intuisi atau pemahaman yang bersifat nirsadar. Kita tahu
bahwa ada jawaban untuk masalah kita. Tapi kita tidak tahu apa
jawabannya.
Selanjutnya dari pikiran nirsadar (delta) informasi naik ke pikiran
bawah sadar (theta) yang memberikan kita kesadaran atau pemahaman yang
mendalam.
Dari pikiran bawah sadar (theta) informasi ini naik ke jembatan atau
gerbang pikiran bawah sadar yaitu alfa. Di sini informasi ini dibungkus
dengan gambar atau sensasi tertentu sehingga dapat dialami atau
dirasakan.
Dari alfa informasi yang telah mengambil bentuk tertentu naik ke
pikiran sadar atau beta. Beta menambahkan pemahaman, penjelasan,
interpretasi, dan kata-kata. Dan kita akhirnya tahu apa jawaban yang
kita dapatkan. Kita bisa mengolah dan mengingat jawaban ini dengan
pikiran sadar kita.
Anda jelas sekarang? Kita mengatur pola gelombang otak untuk bisa
masuk ke kondisi kesadaran (state of consciousness) dengan tujuan
mengakses muatan kesadaran (content of consciousness) tertentu.
Untuk bisa melakukan proses ini dengan mudah maka seseorang perlu
bisa menghasilkan empat jenis gelombang otak, beta-alfa-theta-delta,
secara bersamaan dengan komposisi yang tepat.
Lalu bagaimana caranya?
Ada teknik khusus yang bisa kita lakukan untuk melatih diri. Pertama
kita bisa mengurangi atau menambah gelombang beta. Selanjutnya bila alfa
kita kurang banyak maka kita bisa melatih untuk menghasilkan alfa yang
lebih banyak. Demikian juga dengan theta dan delta. Jadi kita bisa
melatih satu gelombang pada satu waktu tertentu. Dan setelah itu
menggabungkannya sesuai kebutuhan.
Pola di mana keempat gelombang otak hadir bersamaan dan dalam
komposisi yang tepat disebut dengan The Awakened Mind atau Pikiran Yang
Terbangun. Pola ini sebenarnya adalah pola gelombang otak saat seseorang
dalam kondisi meditasi atau khusyuk namun ada beta untuk memproses
informasi yang mereka dapatkan dari pikiran bawah sadar dan nirsadar
mereka. Dengan kata lain informasi dari “luar” bisa lancar masuk ke
“dalam” dan demikian sebaliknya.
Jadi, sesungguhnya bila kita mengerti cara bertanya kepada keheningan
maka kita bisa mendapatkan jawaban yang luar biasa. Bayangkan, kita
bisa mendapat jawaban baik dari pikiran bawah sadar (conscious mind)
maupun dari pikiran sadar (unconscious mind) yang mampu mengakses
data dari collective unconscious.
Inilah yang dimaksdukan oleh seorang bijak di jaman dahulu saat ia berkata, “You do nothing you achive everything”
* Adi W. Gunawan,
Sumber : www.nomor1.com