Breaking

Mencapai Nilai Tinggi


Pagi ini dalam perjalanan mengantar putri kami ke sekolah saya sempat berbincang dan memberikan beberapa masukan.

Putri kami kemarin mendapat nilai 95 di salah satu bidang studi dan merasa tidak nyaman karena ada rekannya yang mendapat nilai 100. 

Saya katakan bahwa kita tidak boleh membandingkan diri kita dengan orang lain. Bandingkan diri kita dengan hasil yang telah kita capai sebelumnya. 

Saat seseorang mencapai prestasi yang baik, kita turut bergembira. Mengapa? Karena prestasi mereka itu juga yang ingin kita capai. Kita ingin meningkatkan nilai dari pencapaian sebelumnnya. 

Saya tambahkan bahwa kendala orang tidak bisa sukses atau kaya adalah karena mereka umumnya merasa iri dengki dengan orang lain. 

Misalnya si A melihat rekannya sukses dan kaya. Ia merasa iri dan dengki. Dan di dalam hati ia marah pada temannya. Emosi ini akan menghambat dirinya. Mengapa? Karena di satu sisi ia sebenarnya ingin menjadi seperti temannya dan di sisi lain ia tidak suka temannya yang sukses. Tidak mungkin kita bisa berhasil bila dalam hati ada konflik seperti ini. 

Putri kami mengangguk kepala tanda mengerti dan berkata, "Masuk akal....".

Saya mengingatkan putri kami bahwa kita juga tidak boleh melihat sesuatu hanya sepotong-sepotong. Lihat sesuatu secara utuh dan menyeluruh. Selama ini, secara menyeluruh, prestasi akademiknya sudah sangat bagus dan jauh di atas rata-rata. Jadi, kalau sekarang agak sedikit menurun, lumrah lah. Tidak ada yang abadi di dunia ini. Semuanya berubah. Yang abadi adalah ketidakabadian itu sendiri.

Jadi, dinikmati saja. Naik, turun, gembira, sedih, suka, duka, semua adalah proses kehidupan. 

Mengutip ucapan rekan sejawat saya Kristin Liu, "Kita tidak perlu menyempurnakan kehidupan. Yang perlu kita lakukan adalah menyeimbangkan aspek kehidupan."

Sumber : Adi W. Gunawan 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar