Breaking

Cara Membuat Anak Pintar dan Cerdas


Bagaimana Membuat Anak agar Cerdas?

Banyak Sahabat inbox saya, setelah membaca kisah putri kami, Isiang, yang baru selesai SMU dan berhasil menjadi lulusan terbaik, sama seperti kedua kakaknya yang juga menjadi lulusan terbaik di angkatan mereka. 

Sebelumnya, saya sampaikan terima kasih atas ucapan selamat dan doa para Sahabat kepada Isiang dan kami selaku orangtua. Prestasi yang dicapai Isiang adalah hasil kerja keras yang Isiang lakukan dan juga pendampingan dari para guru yang telah mendidik Isiang dengan penuh kasih sejak PG/TK, SD, SMP, dan SMU. 

Para sahabat ini bertanya pada saya bagaimana cara untuk bisa membuat anak cerdas. Hmm.. ini pertanyaan yang salah. Kita tidak bisa membuat anak cerdas. Kalimat "...membuat anak cerdas" artinya orangtua melakukan sesuatu pada anak dan akibatnya anak menjadi cerdas. Dalam hal ini orangtua adalah subjek dan anak adalah objek.

Saya dan istri mengawali proses pendidikan anak dengan memahami makna "pendidikan". Pendidikan, dalam bahasa Inggris adalah "education', yang bila ditelusuri lebih jauh, berasal dari kata Latin "educare" yang artinya ""to draw out that which lies within."

Jadi, kita tidak perlu membuat anak cerdas karena sebenarnya setiap anak telah memiliki potensi kecerdasan ini dalam diri mereka, sejak lahir. Yang perlu kita lakukan adalah menarik keluar kecerdasan, dalam diri anak, menggunakan cara, stimulasi, strategi, upaya yang tepat dan sejalan dengan keunikan mereka. 

Setiap anak lahir dengan 100 miliar neuron. Ini adalah perangkat keras dengan potensi luar biasa. Untuk bisa menjalankan perangkat keras tentu butuh perangkat lunak. Perangkat lunak ini adalah konsep diri positif. Ini yang sering tidak orang ketahui, pahami, atau abaikan. 

Konsep diri adalah cara anak memandang dirinya, bisa baik atau buruk. Dalam konsep diri terkandung perasaan diri berharga, diterima, dicintai, rasa aman, cakap, dan mampu. Konsep diri adalah program pikiran yang ditanamkan ke dalam diri anak atau terbentuk melalui interaksi dengan lingkungan, terutama kedua orangtuanya. Bila konsep diri positif, maka prestasinya, baik akademik maupun di aspek lainnya, pasti baik. Demikian pula sebaliknya. 

Sebagai orangtua, kami menyadari benar pentingnya menumbuhkan konsep diri positif dalam diri anak-anak kami. Ini adalah faktor yang teramat penting dan harus dibangun dengan baik dan benar. Yang lain pasti akan mengikuti. 

Kami melakukan pendampingan berkelanjutan, menemani anak belajar, dan belajar bersama mereka. Kami tidak pernah memaksa anak untuk harus mendapat nilai sempurna atau tinggi di semua bidang studi. Ini tidak bisa dan juga tidak perlu. Setiap anak memiliki kekuatannya masing-masing. Kami fokus pada kekuatan anak. 

Untuk bidang studi yang bukan menjadi kekuatan anak, kami sarankan anak untuk belajar maksimal, sungguh-sungguh, dan soal nilai tidak perlu terlalu dipusingkan. Bila KKM adalah 75 maka kami bilang ke anak untuk dapat 76 saja sudah cukup. Kalau bisa lebih tinggi nilainya, lebih baik. Tapi kalau tidak bisa, ya tidak apa. 

Yang penting, anak waktu belajar merasa senang dan bahagia. Ini lebih penting dari nilai yang akan ia raih. Tapi untuk bidang studi yang menjadi kekuatannya, kami mendorong dan memotivasi anak untuk sungguh-sungguh mencapai prestasi terbaik mereka. Jadi, sejak kecil kami tekankan pada anak bahwa setiap insan unik adanya. Masing-masing punya kelebihan dan keterbatasan. Kita tidak perlu dan tidak harus jago di semua bidang. 

Selain itu, kami berpegang pada pemahaman bahwa kecerdasan sifatnya dinamis, bukan statis. Pemahaman ini kami dapatkan dari Prof. Sean Adam, saat kami belajar BrainWave 1 di Alphalearning Institute, Lugano, Swiss, tahun 2005. Dari penelitian Beliau diketahui bahwa IQ bisa naik atau turun hingga 30%. Ini tentu satu pengetahuan baru bagi kami saat itu. Di tahun 2005 kami belum pernah membaca atau mendapat informasi bahwa IQ bisa naik atau turun. 

Hal ini diperkuat oleh Carol Dweck, Ph.D., di tahun 2006, menulis tentang fixed mindset and growth mindset dalam bukunya Mindset: The New Psychology of Success. Mereka yang memegang fixed mindset percaya bahwa kecerdasan bersifat statis, sementara yang memegang growth mindset percaya bahwa kecerdasan dapat ditumbuhkembangkan.

Dengan pemahaman ini, kami membantu anak berkembang secara bertahap, mulai SD, SMP, SMU, dan terus meningkat hingga mencapai puncak saat mereka kuliah dan terjun ke masyarakat. Ini tentu berbeda dengan kebanyakan orangtua yang menuntut anak untuk beprestasi gemilang sejak SD. Bagi kami, yang paling penting dari proses belajar adalah perasaan senang, bahagia, bukan nilai. Nilai yang sesungguhnya adalah apa yang anak alami dan rasakan, bukan angka yang diberi  oleh guru mereka dan ditulis di lembar tugas atau ujian. 

Bila anak merasa senang dan bahagia saat belajar, tanpa harus kita paksa, mereka pasti akan terus belajar. Di sini kami membangun kebiasaan belajar yang baik dan konsisten dalam diri anak-anak kami. Belajar adalah kebutuhan, bukan keharusan. 

Bagaimana dengan nilai ujian?

Berapapun nilai ujian, bahkan, misalnya anak dapat 0 (nol), ini menandakan ia anak cerdas. Nilai ujian, bagi kami, bukan penanda atau penentu anak cerdas atau bodoh. Nilai ujian hanyalah salah satu cara anak memberitahu kami, orangtua dan guru, tentang pemahamannya akan suatu materi. Bila anak mendapat nilai 0 (nol) ini artinya ia belum mengerti. Tugas orangtua dan guru untuk membantu anak mengerti apa yang belum ia pahami.  

Kami juga sangat menekankan pentingnya anak menikmati masa kecil ceria dan bahagia. Saat anak masih kecil, kami tidak memberi les pelajaran, namun kami leskan yang lain seperti menari, renang, musik, beladiri, dll. Kami mau anak bisa menikmati masa kecil sama seperti kami dulu. Kami tidak akan pernah mengijinkan beban pelajaran sekolah merampas masa kecil yang menjadi hak setiap anak. 

"Apakah anak-anak Pak Adi cerdas karena turunan dari bapaknya?" tanya seorang Sahabat.

Tidak. Dari apa yang saya pelajari dan ketahui, kecerdasan diturunkan dari gen ibu, bukan ayah. 

Saya menyadari, karena keterbatasan ruang, tidak bisa menjelaskan lebih banyak hal kepada para Sahabat. Bagaimana bila ada kesempatan kita jumpa dalam seminar, yuk? Nanti saya akan jelaskan lebih detil. 

Secara ringkas, yang bisa saya sarankan kepada para Sahabat untuk dapat menumbuhkembangkan kecerdasan anak adalah sebagai berikut:
- utamakan membangun fondasi sukses anak: konsep diri positif. 
- pastikan anak merasa aman, didukung, dicintai.
- lakukan pendampingan berkelanjutan.
- utamakan perasaan senang dan bahagia saat belajar, daripada sekedar mengejar nilai.
- bantu anak kuat di bidang kekuatannya, dan bantu anak untuk bertumbuh, dalam batas yang wajar, di bidang yang bukan menjadi kekuatannya. 
- beri anak waktu untuk menikmati masa kecilnya, sama seperti kita dulu. Jangan biarkan anak menghabiskan waktu setiap hari hanya dengan belajar, belajar, dan belajar pelajaran sekolah. 

Demikianlah kenyataannya.....

Sumber : Adi W. Gunawan 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar