Apabila kita kembali menengok kehidupan jaman dulu, kita akan dapati
sebuah bentuk kehidupan yang sangat sederhana dengan rutinitas
sehari-hari yang sama: mencari makan, memasak, membuat api unggun,
berkelompok mendengarkan cerita. Sehingga pada saat itu, kita hanya
mengenal satu jenis stres saja, yaitu stres yang menyangkut masalah
hidup atau mati, misalnya bencana kelaparan, bencana alam, atau wabah
penyakit.
Namun sekarang kita menghadapi kehidupan yang sungguh sangat berbeda
dipenuhi stres setiap hari. Kesehatan badan, pikiran dan jiwa selalu
dipengaruhi oleh trauma, kekerasan, cuaca, pola makan, lingkungan alam,
laporan berita, pekerjaan, alat komunikasi, jadwal, lalu lintas yang
macet, dan tantangan hidup sehari-hari yang benar-benar membuat kita
membagi energi dan perhatian yang besar. Hal ini sering membuat kita
mengalami ‘kelelahan’ fisik dan mental serta mengabaikan kesejahteraan
diri kita sendiri maupun orang-orang yang dekat dengan kita tanpa
disengaja.
Stres adalah bagian dari kehidupan kita sehari-hari yang tidak bisa
kita hindari, dan jujur saja, stres itu tidak menyenangkan. Bahkan
sebagian besar orang tidak menyadari bahwa betapa tidak sehatnya stres
bagi tubuh dan mental kita, dan betapa stres akan membuat tubuh kita
cepat menua dan mudah sakit. Bahkan menurut Laura Silva Quesada,
presiden dari the Silva Method of Mind Control (www.silvamethod.com.my)
sekarang stres menjadi pencetus penyakit kronis sampai sebesar 90%.
Keadaan yang tidak nyaman yang membuat kita cemas, kuatir, marah, dan
emosional menghasilkan hormon-hormon pencetus stres. Salah satunya
adalah hormon kortisol. Menurut Dr. Mehmet Oz, M.D.,dokter yang paling
popular di Amerika dan sering muncul dalam the Oprah Show, kortisol
menyebabkan meningkatnya gula darah dan menyebabkan diabetes tipe II,
serta menghambat biokimia tubuh kita dalam melindungi daya imun tubuh,
sehingga stres menyebabkan peradangan/inflamasi, menurunkan daya imun
tubuh, dan menyebabkan munculnya penyakit-penyakit kronis. Malahan stres
sekarang ini disebut sebagai faktor pemicu sel kanker. Karena itulah
stres disebut juga ‘‘the silent killer”.
Bagaimanapun stres tetap menjadi bagian dari kehidupan kita, akan
tetapi kita bisa membatasi keberadaannya dalam keseharian. Perlu kita
ketahui, stres bukanlah sesuatu yang buruk bila kita mampu
menanggulanginya, karena stres juga dibutuhkan dalam hidup kita untuk
menjadi lebih kreatif, kuat, dan memperbanyak proses pembelajaran dalam
kehidupan kita. Yang penting adalah sikap kita dalam menghadapi stres
dan bagaimana cara menghadapinya.
Pandangan Sains Timur Tentang Stres
Pandangan dari dunia sains barat ketika seseorang mengalami gangguan
fisik maupun emosi berbeda dengan pandangan dari dunia sains timur. Bagi
dunia sains timur, untuk menjadi sehat dan mencapai hidup yang
sejahtera, perlu terjadi pola keselarasan energi pada raga-pikiran-jiwa
secara terpadu (holistik). Jika energi di dalam tubuh mengalir dengan
lancar tanpa hambatan melalui aliran dan pusat energi, maka kita akan
mendapat kesehatan yang baik, keseimbangan emosi, mental yang jernih,
dan kesejahteraan yang menyeluruh.
Pada saat kita mengalami gangguan pada emosi kita, maka energi di
dalam tubuh kita juga mengalami gangguan dan terjadi “sumbatan-sumbatan”
yang menyebabkan kita merasa nyeri di bagian tubuh tertentu di mana
terjadi penyumbatan jalur energy, atau kita mengalami keadaan yang
disebut ‘sakit’. Untuk mengatasi sumbatan-sumbatan pada jalur energi
ini, kita perlu mempraktikkan cara-cara dan praktik holistik yang akan
membuka sumbatan-sumbatan tersebut dan untuk pemulihan energi, sehingga
bisa terjadi penyembuhan secara alami. Praktik-praktik ini biasanya
berupa pijatan (totok tubuh, pijat refleksi, akupresur), olah
nafas/pranayama, gerakan lembut (taichi, chikung, yoga, tarian),
sentuhan energy (prana, reiki), meditasi, terapi ketawa, bahkan
visualisasi.
Orang yang teratur pijat misalnya, mempunyai otot yang lentur dan
tubuh serta pikiran lebih rileks. Hal ini akan mempengaruhi tekanan
darah dan tingkat stres. Orang yang gemar olah lembut, akan memiliki
otot yang lentur dan pola nafas yang teratur sehingga juga mempengaruhi
sirkulasi dan kesehatan jantung. Orang yang teratur olah nafas atau
meditasi, akan mempunyai pikiran yang tenang dan tidak mudah emosi,
sehingga dalam menghadapi masa sulit, akan bisa mengatasi dengan lebih
baik. Praktik-praktik ini menyebabkan tubuh menghasilkan hormon gembira
secara instan, salah satunya adalah endorfin, yang meningkatkan rasa
gembira, mengurangi stres, dan mengurangi rasa nyeri.
Naluri Penyembuhan Alami
Menurut para ahli kesehatan, otak manusia terdiri dari bagian
“kognitif/teori” yang tugasnya mengatur bahasa dan pemikiran abstrak,
dan bagian otak yang disebut “limbik/emosi” yang tugasnya mengatur emosi
dan naluri yang mengontrol perilaku. Otak emosi ini mengontrol banyak
bagian fisiologi tubuh, reaksi otonomi dan kesejahteraan secara
psikologis.
Menurut teori Dr. David Servan-Schreiber, M.D., Ph.D, seorang
psikiater terkemuka, otak emosi berisi mekanisme alami untuk penyembuhan
diri sendiri atau disebut “naluri penyembuhan alami/instinct to heal”. Naluri penyembuhan alami ini adalah naluri kemampuan penyembuhan diri
yang ada pada setiap orang untuk menemukan keseimbangan dan
kesejahteraan di dalam tubuh, pikiran dan jiwa, yang akan diperoleh
secara maksimal apabila diprogram ulang. Salah satunya dengan
menggunakan cara-cara yang telah dipraktikkan secara turun temurun di
beberapa negara di Asia termasuk di Indonesia, yang bisa membantu kita
untuk hidup dengan lebih damai meskipun banyak tantangan di sekitar
kita. Cara-cara ini berupa praktik-praktik mudah melalui tubuh
(body-mind practices), yaitu melalui gerakan, sentuhan, pernafasan,
visualisasi maupun pemijatan, dan bisa digunakan ketika kita merasa
lelah, bingung atau mengalami tekanan jiwa.
Dalam bukunya yang berjudul “The Instinct to Heal – Curing
Depression, Anxiety, and Stress Without Drugs and Without Talk Therapy”,
David Servan-Schreiber, menuliskan bahwa kelainan emosional adalah
akibat dari bagian otak emosi yang tidak berfungsi. Tugas utama dari
upaya penyembuhan adalah untuk memprogram kembali bagian otak ini untuk
mengadaptasi situasi saat ini dan tidak bereaksi terhadap kejadian yang
sudah lalu lagi. Ketika Dr. Servan-Schreiber melawat ke Tibet, beliau
melihat praktik-praktik holistik setempat yang berhasil membantu
orang-orang yang mengalami masalah penyakit kronis dan juga masalah yang
menyangkut emosi. Dalam bukunya, Schreiber berpendapat bahwa pada
umumnya akan lebih efektif untuk menggunakan cara penyembuhan melalui
badan yang akan mempengaruhi otak emosi secara langsung daripada
menggunakan cara penyembuhan yang menggunakan bahasa dan penalaran, di
mana bagian otak emosi ini tidak bisa menerima/mengerti. Cara yang
sering dipakai untuk mengatasi stres, trauma, atau depresi biasanya
melalui psikoterapi kognitif dan pemakaian obat-obatan, akan tetapi
sering kali kedua cara tersebut dirasakan kurang berhasil. Pada
masyarakat tradisional, cara-cara ini kadang-kadang kurang bisa
diterima.
Dr. Patricia Mathes Cane telah mempraktikkan terapi-terapi melalui
tubuh dalam praktik holistik di puluhan negara yang mengalami trauma
masal akibat perang dan kekerasan (Rwanda, Nikaragua, Timor Leste,
Irlandia, dan beberapa negara lainnya) melalui jaringan solidaritasnya
yang diberi nama ‘Capacitar’. Kata Capacitar berasal dari bahasa Spanyol
yang yang arti dalam bahasa Inggrisnya ‘to empower’, memberdayakan
naluri penyembuhan diri dalam menghadapi tantangan hidup yang berat.
Hasil yang dicapai Capacitar melalui teknik-teknik relaksasi sederhana
melalui tubuh (body-mind practices) sungguh menakjubkan dan telah banyak
menolong masyarakat akar rumput yang mengalami stres traumatik akibat
kemiskinan, kekerasan, maupun pertikaian yang melanda di negara mereka
(www.capacitar.org).
Cara-cara praktik holistik melalui badan, bisa digunakan untuk kita
semua dengan mudah dilakukan dan biaya yang sangat murah, bahkan ada
yang sama sekali tidak membutuhkan biaya. Yang menjadi tantangan adalah
menjadikan praktik-praktik ini dalam kehidupan sehari-hari kita sampai
menjadi suatu rutinitas dan bisa otomatis dilakukan dan membantu ketika
kita merasa lelah, bingung atau mengalami stres dan depresi.
Kunci dari cara ini adalah adanya “naluri” di dalam diri setiap
mahluk hidup untuk kembali kepada keselarasan dan keutuhan. Penyembuhan
atau healing terjadi melalui pelepasan dari energi yang pada awalnya
mengalami penyumbatan dan kemudian melancarkan kembali aliran energi
ini. Dengan aliran energi yang sudah diperbaharui, seseorang akan
kembali selaras dan harmonis. Praktik-praktik ini dimasukkan ke dalam
ilmu pengetahuan populer, dan telah diadopsi di rumah sakit-rumah sakit
besar di Amerika Serikat.
Melakukan praktik-praktik holistik secara teratur akan membantu
mengurangi gejala ketegangan mental yang muncul dengan gejala
simptomatis seperti: sakit kepala, sakit badan, kelainan di lambung,
diare, insomnia, kecemasan, dan rasa lelah kronis. Selain itu juga
mempraktikkannya secara teratur dan menjadikannya bagian rutinitas dalam
kehidupan akan menjadikan ‘katarsis/pelepasan emosi’ yang akan membuat
seseorang lebih merasa nyaman dan lega.
Bila Anda sering mengalami gangguan insomnia, sakit kepala, masalah
pencernaan yang tidak kunjung sembuh, tidak ada salahnya Anda bisa
mencoba pijat refleksi, atau latihan pranayama di pagi hari, atau juga
meditasi secara teratur. Siapa tahu, praktik-praktik sederhana ini bisa
membantu menyehatkan Anda.
* Emmy Liana Dewi, certified Laughter Yoga Coach, pembicara
Trauma Healing untuk Capacitar Indonesia, bisa dihubungi langsung di esuhendro@yahoo.com
Sumber: www.nomor1.com