Belasan tahun yang lalu …
Seorang mahasiswa bertubuh kurus kering mendatangi sebuah warung
makan yang terletak di dekat kampusnya, UNPAD di jl. Dipati Ukur. Kampus
sebuah perguruan tinggi negeri favorit di Bandung. Ibu pemilik warung
yang memang biasa melayani para mahasiswa tersebut menyambutnya dengan
ramah.
”Silahkan Dik, mau makan nasi pakai lauk apa?” tanyanya.
”Kalau sebungkus nasi harganya berapa Bu?” si mahasiswa balik bertanya.
”Lima ratus rupiah, Dik. Lauknya mau apa saja? Silahkan pilih”, jawab si pemilik warung.
”Kalau sepotong daging rendang harganya berapa Bu?” tanya si mahasiswa lagi.
”Dua ribu saja”, jawab si pemilik warung.
Si mahasiswa terlihat mengerenyitkan dahi dan berpikir. ”Kalau sayur lodeh jadi berapa Bu?” tanyanya lagi.
Begitu seterusnya si mahasiswa menanyakan satu persatu harga masakan
yang ada di warung itu. Setiap kali diberitahu harganya, si mahasiswa
terlihat terdiam sejenak dan terus menanyakan harga masakan lainnya yang
ada di warung itu. Sementara sang pemilik warung berusaha menjawab satu
persatu dengan sabar.
Sampai akhirnya si mahasiswa bertanya, ”Kalau kuahnya saja tanpa tanpa daging berapa Bu?”
”Oh, kalau kuahnya gratis, Dik”, jawabnya.
”Oh…., kalau begitu saya beli nasi satu porsi saja tetapi disiram
kuah rendang atau kuah soto. Jadi hanya lima ratus rupiah ya Bu,” kata
si mahasiswa sambil mengeluarkan uang lima ratus rupiah.
”Mohon maklum ya Bu, uang kiriman orang tua saya sangat terbatas.
Sedangkan saya harus segera menyelesaikan skripsi saya yang membutuhkan
banyak biaya. Jadi terpaksa harus ngirit”, katanya dengan nada
malu-malu.
”Pasti mahasiswa ini berasal dari keluarga miskin yang tinggal di
luar kota”, pikir sang pemilik warung.
”Tetapi dia pasti membutuhkan
banyak gizi agar dapat cepat menyelesaikan skripsinya”, pikirnya lagi.
Sang ibu pemilik warung yang merasa iba lalu menyelipkan sepotong
telur yang tidak terlihat di bagian tengah nasi yang dibungkusnya,
sebelum menyiramnya dengan kuah rendang.
Keesokan harinya, si mahasiswa kembali ke warung tersebut. Dia hanya
berkata dengan malu-malu, ”Beli nasi seperti yang kemarin, ya Bu.
Disiram kuah rendang atau kuah soto…”. Lalu dia membayar lima ratus
rupiah saja dan tidak berkata apa-apa lagi.
Begitu seterusnya. Setiap hari si mahasiswa pendiam memesan makanan
yang sama dan si pemilik warung selalu tak pernah lupa menyelipkan
sebutir telur, terkadang sepotong daging rendang ke dalam nasi yang
dibungkusnya. Sang pemilik warung melakukan ini dengan hati yang ikhlas
ingin membantu si mahasiswa miskin tersebut.
Setelah beberapa minggu berlalu, si mahasiswa itu tiba-tiba
menghilang. Dia tidak pernah menampakkan diri lagi di warung itu.
”Mungkin dia sudah lulus menjadi sarjana dan kembali ke kota asalnya”,
pikir sang pemilik warung. Sang pemilik warung pun melupakannya.
Belasan tahun kemudian…
Sang pemilik warung benar-benar sedang kalut. ”Hari ini adalah hari
terakhir warung kita buka. Besok warung kita akan digusur karena ada
pembangunan monumen xxxxxxxxx”, katanya kepada anak-anaknya sambil
berlinang air mata. Anak-anaknya yang masih kuliah serta yang masih
duduk di bangku SMA duduk diam terpaku merenungi nasib mereka.
”Ya, Tuhan…! Dengan apa aku harus membiayai sekolah anak-anakku setelah warung ini digusur?”, jeritnya dalam hati.
Semakin sesak perasaan hatinya, kala teringat uang tabungannya yang
telah ludes untuk membiayai pengobatan rumah sakit anaknya yang bungsu.
Tidak ada lagi uang untuk biaya membuka warung di tempat lain.
Tiba-tiba saja, sebuah mobil berhenti tepat di depan warungnya.
Seorang pria berdasi yang tidak dikenalnya menghampiri dan berkata, ”Bu,
besok warung ini akan digusur bukan? Apakah Ibu sudah memutuskan akan
pindah ke mana?” tanyanya lagi.
”Belum, Pak…”, jawab sang pemilik warung dengan terbata-bata.
”Bagus! Kalau begitu, mulai besok Ibu bisa berjualan di kantin kami
di gedung perkantoran xxxxxx”, katanya menyebutkan sebuah gedung
perkantoran yang cukup megah di pusat kota Bandung.
”Tapi Pak, kami tidak mampu membayar biaya sewanya. Apalagi di gedung
itu, pasti mahal sekali biaya sewanya”, kata sang pemilik warung.
”Ibu tenang saja … karena di sana Ibu tidak usah membayar sewa sama
sekali. Tempat untuk Ibu berjualan sudah disediakan oleh Direktur
perusahaan kami. Ibu boleh memakainya untuk berjualan makanan sampai
kapan pun Ibu mau.”
”Haaahh…! Siapa direktur itu? Saya tidak punya kenalan direktur…”, kata sang pemilik warung dengan sangat terkejut.
”Saya sendiri tidak begitu mengenalnya… karena saya staf baru di
perusahaan kami”, kata si pria tersebut. ”Tetapi Pak Direktur titip
pesan, katanya dahulu sewaktu kuliah dia sangat menyukai telur dan
daging rendang masakan Ibu. Mulai besok dia ingin makan masakan itu lagi
di kantornya…”.
* * *
Dari peristiwa itu, saya bisa belajar satu hal bahwa kebaikan yang
dijalankan dengan hati penuh ikhlas adalah investasi. Semua Investasi
pasti akan menghasilkan. Investasi kebaikan saat ini akan menghasilkan
kebaikan pula di kemudian hari, walau pun kita belum tahu wujud kebaikan
yang akan terjadi nanti.
Dengan bekerja ikhlas kita tidak memperdulikan balasan atau pun
imbalan dari perbuatan kita. Seperti matahari pagi yang tetap bersinar
setiap pagi, tidak pernah mengharapkan sinarnya dipantulkan kembali
kepada matahari.
Tetaplah bekerja dengan x-tra kerja ikhlas! Faktor X ke tiga dalam
fondasi kesuksesan seseorang, seperti yang saya jelaskan pada buku unik
bestseller ”8 Langkah Ajaib Menuju ke Langit: Rahasia Dahsyat Meraih
Impian”.
Ingatlah! Bahwa walau pun semua orang di dunia tidak peduli dan
menutup mata terhadap apa pun keikhlasan yang kita perbuat, tetapi Tuhan
akan selalu peduli dan tidak akan menutup mata Nya kepada keikhlasan
hati kita.
Di saat yang TEPAT Dia akan memanggil malaikat Nya, ”Kat, Kat, malaikat…kasih BERKAT untuk orang yang ikhlas itu”.
Mengenai Faktor X ke tiga dari fondasi kesuksesan, yaitu x-tra Kerja
Ikhlas, anda dapat membacanya lebih lengkap di buku “8 Langkah Ajaib
Menuju ke Langit”. “Buku Ajaib” yang dapat mengubah hati banyak orang,
demikian komentar banyak orang yang telah membacanya.
* Victor Asih, Founder Sekolah Bisnis Gratis USB, Mentor,
Entrepreneur, Inspirator, Motivator, Software Engineer & Information
Technology Consultant, Kolumnis, Penulis Buku Unik Bestseller “8
Langkah Ajaib Menuju ke Langit”. Penulis bisa dihubungi melalui email victorasih@yahoo.co.id atau kunjungi websitenya www.usbschool.com atau blog usbschool.blogspot.com
Sumber: www.nomor1.com